begitu saja

aku mencintainya.
begitu saja. entah kapan mulamulanya.
secepat angin menerbang dedaunan kering saat musim hujan berganti kemarau.
dulu, aku memaknai cinta sebagai sebuah rasa yang datang karena ketertarikan. fisik umpamanya. lalu ada pula pada suatu masa ketika aku merasa jatuh cinta pada seorang lelaki karena kenyamanan saat begitu sering menghabiskan waktuwaktu bersama. tetapi itu biasa. saat beberapa jenak menandai hari tanpa dirinya, menakjubkan menyaksikan cinta itu pergi pula bersamasama.

aku mencintai lelaki itu.
begitu saja mulanya tak terkendali.
tak seperti lampu lalulintas yang bisa setiap beberapa detik sekali berubah warnanya.
dulunya, aku mengira cinta pun bisa diatur kapan naik dan turun frekuensi gelombangnya, rindu tak rindu, basabasi ketika bosan bertemu. nyatanya tak seperti itu.

aku mencintai lelaki dengan mata coklat muda itu yang ketika hanya memandangku pun aku tau bahwa ia sangat mencintaiku.
mulanya kami tak mampu menahan diri untuk selalu bertemu. oh ya, tentu saja kesibukan kami berbeda, belum lagi jarak dan waktu seperti musuh setiap harinya.
dulu, aku tak pernah ingin percaya bahkan mencoba bahwa cinta tak terhalang jarak dan waktu meski berjutajuta tahun cahaya. rindu mengikat pita cinta itu menjadi lebih kokoh dan syahdu.

aku mencintai lelaki bermata coklat muda itu dengan rambut ikal yang sering kubenam jemariku berlamalama saat ia mencumbu. mulanya aku tak berani berpikir akan seberapa banyak waktu boleh kureguk bersamanya.
sempit, sedikit, sulit.
cinta seperti apakah yang bisa bertahan pada cuaca ini?
“cinta kita” katamu tanpa jeda menatapku.

aku mencintai lelaki itu.
dengan mata berwarna coklat muda.
dengan ikalan rambut dan ilalang jambangnya.
dengan jarak melebar yang menyiksa.
aku mencintainya.
begitu saja.

suami kedua – part two

Baca juga

suami kedua

Tok tok tok.

ada yang mengetuk pintu kamarku. sembari memejam mata aku mengingatingat waktu. malamkah ini atau siang hari? sepasang tangan tak berjarak merengkuh tubuhku. di balik selimut hijau tua berbau keringat, aku merasakan kehangatan dua tangan itu.

kubuka mata. sedikit sekali cahaya di kamarku. setelah semalaman memilin pita cinta biasanya aku dan lelaki ini mengosongkan cahaya lampu. kutatap bidang dadanya, dadaku menggemuruh lagi ingin mencumbunya.

Tok tok tok.

Ah, ketukan itu lagi. jam berapa ini? kudengar burung hantu beruhu uhu dekat jendela kamarku. memicing mata kubaca jarum jam masih di angka 3 pendeknya. siapa yang mengetuk pintu tengah malam buta?

selimut hijau tua itu kubuka. oh ya, kami berdua bertelanjang dada. lelaki itu menggumam sedikit dan mengeratkan rengkuhannya.

“sayang, ada yang mengetuk pintu” sahutku

kulihat kelopak matanya bergetar, ia berusaha membuka mata. namun jemarinya yang bicara. sebentar kantukku hilang berganti gelora. bersamamu tak cukup waktu bercumbu.

Tok tok tok.

Ketukan itu memaksa.
Dengan berat kulepas pagutan bibirnya. Matanya membara. Kubalut tubuhku dengan kemeja kotakkotak biru milik lelaki itu yang sembarangan kucampakkan semalam. Ia beranjak sedikit dan mencoba menarik tubuhku. Aku tersenyum mengecupnya sedikit dan berlari ke arah pintu.

Ketika daunnya membuka, sesosok tubuh menjulang di hadapanku. Seorang lelaki berkulit putih. Ia pun tampan seperti lelaki yang ada di tempat tidurku tadi. Namun rambutnya lurus, dan basah oleh tetesan hujan. Bajunya terlihat lembab dan menempel di tubuhnya.
Matanya menatapku tajam, mulutnya terbuka sedikit ingin mengucapkan sesuatu.

Aku melambaikan tangan memanggil lelaki berambut ikal yang menunggu, ia menghampiri dengan lilitan selimut. Kutarik tangannya lalu kubawa ke hadapan lelaki yang berdiri di depan pintu.

“Sayang kenalkan, ini suami pertamaku”.

Mereka bertatapan. Aku melangkah menuju pintu bergambar bunga pink kecilkecil lalu menyalakan keran air.

PERSAMI – perselingkuhan sabtu minggu

terinspirasi postingan si akang.
posted before by julie

Bang Rido mematut-matut wajah setengah bopeng di depan cermin kecil berpigura kayu warna coklat. mulut monyong ke kiri dikit, ke kanan dikit, ke depan dikit. cukuran kumis dan jenggotnya masih kasar, ahh biarin ajeh pan si eneng lela demen ame yang rada kasar ginih. katanya sih sekseh. senyam-senyum sendiri Bang Rido keinget si lela.

Ini sabtu pagi, udara seger buger, ayam jantan punya pok sari yang kudu bangun setengah lima ajah hari ini kalah ma bang rido, dia udah rapi jali melek dari jam empat pagi. bujug, semangat betol si abang. padahal emak dan abah belon pun bangun.

bantal guling udah dirapiin, sepre gak acakadul ujung-ujungnya. apalagi ye? kostum donk ahh!!
biasanya nih si abang rido senengnya pake oblongan, mau warna item kek, coklat kek, biru kek, gambar buku kek, monyet kek, kepala botak kek, hajar ajaa yang penting bisa nutupin dada bulu-bulunya yang kata eneng lela sekseh juga. duhhh keingetan terus ahh sama eneng lela.

tululut tululut.
hape stroberi si abang rido nyala. pake lampu kelap kelip warna warni pula. siapa neh sms? eneng lela kali ye? buka dulu ahhh.

“lagi ngapain abang?”


malesnyaaaaa itu sms dari sintia.
padahal sintia itu pacarnya si abang rido, baru lima bulan bercinta bang rido udeh bosan setengah ampun dah ma sintia.

bales dulu bang!

“neng, abang hari ini lembur harusnye sih masup pagi tapi si edi kencur kaga masup jadi abang lemburin die ampe besok sori ye neng abang kaga bisa apelan”

jangan sampe gagal ini mauh Persami dengan si eneng lela.
bujug, sintia mbales lagi.

“ya udeh bang, nanti malem abang tilpun aye ye”

bales bang!!

“iyeh”

gampang ntu, tinggal bilang aje batre abang abis neng, kaga inget bawa carjeran. beres dahhhh….

siul-siul nuju ke kontrakan eneng lela……..

postingan ini dipersembahkan untuk seorang lelaki yang pernah membohongiku
sekalian menyelamatkan semua postingan di rumah lama.