Back to Jakarta?

It’s absolutely a big NO.

Tapi “sesuatu” ini begitu menghantuiku beberapa minggu belakangan. Sejak memutuskan pindah kerja, aku berbahagia karena bisa pulang ke Medan, dekat dengan keluarga, bisa ketemu teman-teman SMP, bisa makan lupis dan cenil medan. Pokoknya hepi banget walopun baru habis sakit.

Tapi sebenarnya tawaran pertama di perusahaan ini buat lokasi nasional yaitu Jakarta, dengan segala bujuk rayu aku berhasil menciptakan kebutuhan untuk penempatan di Medan. Dan sekarang beberapa orang sedang berusaha mengembalikanku untuk posisi Nasional ini. *Nangis bombay*

Dimana aku udah settle rumahku, mobilku, supirku (walopun baru ganti), dan segala perencanaan masa depan yang ceria bersama Enrico (dan abang itu, eh abang yang mana Jul?).

When it feel so down i just need some papers and a pen with music to grab all beautiful words around my head.

Let me sleep and hope tomorrow will be better.

 

Sebulan di Medan

Pas nulis postingan Kangen Nulis kemaren, aku sempat berencana untuk bikin tulisan lanjutan setelah satu bulan di Medan tapi ya nggak janji karena belakangan memang agak malas nulis di blog. Nggak pake excuse kalo memang malas ya malas aja ya kan hehe.

Setelah tepat satu bulan di Medan ini ternyata ada banyak banget yang aku rasakan dan pikirkan dan juga yang terjadi:

  1. Aku belum sepenuhnya merasa pindah domisili. Kadang-kadang masih seperti rumah temporer tapi nggak ada perasaan kepingin balik ke Jakarta. Mungkin karena aku orangnya cepat beradaptasi dan jarang mengeluhkan hal remeh-temeh walaupun perubahannya terasa cepat.
  2. Berat badanku naik 1 kg padahal ya makanan di sini asli enak semua. Mulai dari lontong sayur yang memang wajib coba (udah pernah coba lontong sayur di Dr Mansur? kalau belum cobalah itu tempat rame banget walopun gak amazing juga rasanya), tahu goreng di depan gang Perwira, rujak takana juo, nasi padang pinggir jalan yang murah meriah itu, nasi goreng Salim, martabak mesir, dan ada 2 makanan yang belum aku coba sampai sekarang, sate padang dan sate memeng mungkin nantilah dicoba ya kalo pas lewat.
  3. Sejak di Medan dan ada di perusahaan baru, aku lebih disiplin mulai dari pagi kerja bikin catatan sampai pulang ke rumah bikin laporan semua teratur mungkin karena kultur perusahaan baru ini memang terbiasa dengan kedisiplinan. Nggak heran perusahaan ini makin maju. Disiplin kunci kesuksesan.
  4. Udah mulai lari lagi walaupun sendirian karena semua yang bilang mau ikut lari itu cuma PHP aja percayalah padaku. Hari ini aku lari juga lho kalo mau gabung japri aja karena sekarang bahaya ngeshare lokasi lari.
  5. Semakin sering kumpul dengan keluarga terutama kakak dan abangku, dan mulai terbiasa dengan tamu-tamu abangku yang dominan minta tolong itu. Budaya minta tolong yang kaya gini aku kurang suka sih karena kami terbiasa mandiri.
  6. Alhamdulillah udah ziarah ke makam alm ibu dan ayahku dan sampai sekarang setelah 7 tahun tetep mewek pas ziarah. Miss you mom and dad.
  7. Udah dapat banyak customer baru, dan mulai bisa ngikutin karakter mereka ternyata nggak sengeri yang suka diceritain bosku koq. Semoga lancar ke depannya.
  8. Bulan depan udah harus berkunjung ke Pekanbaru mungkin pertengahan atau awal belum tau nih.
  9. Prestasi tergres adalah selama sebulan ini aku belum pernah beli baju lhoo hebat kan? tapi aku udah beli 2 sepatu dan 1 jam tangan #ehh

Ada satu hal yang belum berubah dari aku dan cuma kamu yang tau :p.

Satu hal yang aku pelajari selama hidup sampai hampir usia 40 tahun ini, di mana pun kita berada akan ada masalah dan cobaan yang harus dihadapi, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Dimana ada kenyamanan di sanalah rumah kita berada.

Have a nice weekdays dan selamat menyambut tahun baru Masehi.

 

Kangen Nulis

Selesai bantuin keponakanku belajar matematika buat UAS besok, aku buka laptop buat ganti password login ke account perusahaan dan karena hari ini nggak ada Purchase Order yang masuk jadilah iseng buka facebook. Tiba-tiba si mba Susi (bukan menteri) ngirim inbox undangan maen-maen ke blog beliau.

Dan ternyata ya dari undangan mba Susi tiba-tiba aku jadi kangen nulis. Tadi sih nggak kepikiran mau nulis apa trus mba Susi bilang nulis aja gih kan nanti ngalir sendiri. Iya sih kalau nggak dicoba ya nggak akan nulis-nulis mana pula ini udah akhir 2016 dan aku nggak punya resolusi yang mau direview.

Setelah sekian lama nggak nulis ala blogger (gak berbayar), ternyata banyak hal dan cerita yang memang nggak pernah aku bagi lagi di blog ini termasuk kepindahanku untuk menetap di Medan.

Iya aku udah balik ke Medan lho tepatnya 12 hari dan dalam waktu singkat aku udah mengelilingi kota Medan walaupun belum semuanya plus udah dapat 5 customer baru (ini yang penting). Tapi sayang sekali sodara-sodara sampai hari ini aku belum pernah lari baik itu lari pagi atau lari sore karena:

  1. Nggak ada yang nemenin aku kan penakut!
  2. Masih survey mau lari di Merdeka Walk atau di depan komplek?

Semoga hari Sabtu ini aku jadi beneran lari badan udah beratnya kaya apa. Di rumah kakakku ini (oh iya lupa bilang kalo aku masih nebeng di rumah kakak karena rumahku masih ada yang ngontrak hihi) ada timbangan badan otomatis bisa ngecek dan ternyata berat badanku ketika sampai di Medan itu 51 kg oh mai gaaaad dan sekarang udah berkurang sekilo walaupun makan mulu tapi capek gitu ya karena gak ada mpok Ida (ini apa sih?).

Oh iya selama di Medan ini aku baru ketemuan sama teman-teman sejawat apoteker aja nih yang lain belum ada. Mungkin pengaruh usia ya? Ehhhh.

Medan itu identik dengan kulinernya yang enak banget bahkan mantan bosku mengakui bahwa kulinar paling enak di Indonesia itu ya di Medan. Tapi ini sungguh cobaan buat aku yang sedang diet herannya aku tahan udah 12 hari di Medan tapi belum pernah makan lontong sayur. Ini agak di luar kebiasaan.

Oh iya ngomong-ngomong mantan bos, aku udah resign dari kerjaan lama lho makanya aku pindah ke Medan karena aku join ke perusahaan baru. Nggak usah dibahaslah ya ke perusahaan mana nanti dikepoin pulak ya kan yang penting gaji gede komisi jalan terus aamiin.

Setelah sampai di akhir paragraf trus bacain tulisanku di atas berasa kaya curhatan abege gitu nggak sih?

 

*ditulis dengan leptop kantor di atas kasur yang pake seprei ben 10 sambil dasteran doraemon tapi sayang kopinya mana????

 

 

Hari-hari

Yah ampuun aku udah hampir sebulan nggak update postingan? Trus menemukan 33 spam di sini? Ckckck mau jadi blogger macam apa kau Jul?

Iya sih memang nggak ada alasan untuk malas posting kata kawan-kawan yang mengaku blogger sejati, tapi ada kok memang alasan itu, namanya alasan kan memang diciptakan buat ngeles kalo gak apalah guna alasan itu ya kan?

Jadi selama hampir sebulan itu aku ngapain aja coba?

Cem-macemlah. Ada bikin event bareng kawan-kawan Dari Perempuan, ada juga memeras keringat mencari sesuap nasi, ada juga lagi siap-siap untuk event bulan depan, ada juga lari pagi bareng #DbloggerRun yang bakal aku bikin minggu ini di Medan dan ada satu yang bikin aku deg-degan yaitu merancang sesuatu yang baru bersama teman-temanku. Duh pokoknya saking deg-degannya ini rasanya takut banget kalo sampe gak jadi *berdoakhusyuk*.

Trus bulan ini tuh bener-bener bulan yang sok sibuk banget, dikala aku jadi susah banget cari waktu buat ke kantor karena aku harus sliweran ke sana kemari, trus entah kenapa pulak dikala aku berniat pulang ke Medan minggu ini trus bosku memutuskan untuk pindahan kantor bulan ini juga *pingsan*.

Super excited every single thing that happens every minutes in my life.

 

PS: Buat Debby, Agung dan Kang Didno mohon maaf atas keterlambatan pengiriman hadiahnya mudah-mudahan aku gak pikun sehingga rabu ini akan kukirim.

Dan semoga saja aku besok bisa posting lagi ^^.

 

#18 Rumah Idaman

Woow tinggal 3 hari lagi lhoo #20DaysBloggingChallenge dan aku udah mikirin aja abis ini mau gimana ya? Apa mau bikin challenge 21Days atau berapa days gitu?

Tapi tapi tapi aku kan pemalas. Okelah mending selesaikan aja dulu yang ini. Hari kedelapanbelas judulnya rumah idaman sesuai tantangan dari Ina partnerinvain.

Sejauh ini sih aku jarang menetapkan sebuah idaman untuk hal apapun juga. Misalnya kalau ditanya Jul, cowo idaman lo kriterianya seperti apa sih? Susah gitu kan jawabannya yang jelas aku suka sama cowo yang kurus dan asik. Asik dalam arti bisa nyambung aja. Kalau masalah tampangnya musti kaya siapa gitu nggak harus juga. Kadang-kadang ada yang ganteng tapi nggak nyambung kan?

Demikian juga dengan rumah.

Susah deh mengatakan rumah idamanku itu seperti apa? Yang disebut rumah itu kan tempat untuk kita pulang dan merasa nyaman saat tinggal di dalamnya.

Cuma kalau boleh memilih sih, pastinya aku suka tinggal di rumah yang teduh, ada pohon-pohonnya seperti rumahku yang dulu di Medan (rumah orang tua maksudnya). Dimana rumah itu banyak jendelanya, pintunya lebar-lebar, kalau di dalam rumah kita nggak perlu nyalain AC atau kipas angin udah berasa adem, trus di pekarangan ada pohon mangga, nangka, jeruk, pepaya, bunga-bunga kaktus, bunga rumput-rumputan di depan teras rumah, kamarnya besar-besar dan banyak, kamar mandi juga besar dan ada ruang terbuka di dalam rumah. Persis seperti rumahku dulu.

Ya memang sih aku udah punya rumah sendiri (maksudnya warisan orang tua), tapi rumah yang aku punya itu bukan tipe rumah yang kepingin aku tinggali karena memang rumahnya terletak di pemukiman yang tetangganya kurang nyaman (ibu-ibu gosip) trus memang karena rumahnya juga di Medan dan aku mencari nafkah di jakarta otomatis nggak bisa ditinggali. Rumah yang aku tempati sekarang justru jauh lebih kecil daripada rumahku itu.

Biasanya orang kalau udah tua kan kepingin menetap di suatu tempat. Aku juga begitu. Pingin punya rumah yang adanya di sebuah kota yang nggak terlalu ramai kaya Jakarta ini tapi juga nggak terlalu terpencil kaya Dhamasraya (mudah-mudahan si cupid dan gani gak baca ini daripada aku diledekin). Yang sedang-sedang aja (macam lagu dangdut), kota kecil atau daerah yang masih bernuansa pedesaan tapi punya akses untuk ke kehidupan modern. Ada toko bukunya, ada restoran, tempat ngopi, mal tempat jual-jual brand semacam vesperine atau atmosphere atau the executive, sinyal internet gak ngik ngok. Yang semacam itu. karena sesungguhnya aku memang kurang betah juga hidup di tempat yang terlalu terpencil atau terlalu sibuk macam Jakarta ini. Tapi ya namanya juga rejekinya di sini dan harus tanggung jawab sama titipan Tuhan jadi kudu sabar tinggal di Jakarta.

Cita-citanya sih kepingin punya rumah di Jogjakarta dan bisa tinggal di sana bersama anakku. Atau kembali ke Medan dan bertemu lagi dengan keluarga.

Yang jelas sebuah rumah idaman adalah tempat dimana kita bisa bersama orang-orang yang kita cintai. Bagaimanapun bentuknya. Dimana pun itu berada.