Berhenti Mencintai

Entah sudah berapa lembar puisi yang kutulis untukmu. Sobekan kertas, beberapa liter tinta bolpoin terbuang pada curahan hati dan isi kepala kepadamu.

Mula-mula degup jantung begitu keras menatap dua mata bercahaya yang menanti penuh harap, bahkan notifikasi apapun yang masuk di telepon selular menjadi sumber debar halus yang mengguncang hariku.

Belum lagi sentuhan ujung-ujung jemarimu di kulitku. Tak butuh banyak kata rindu,  semua larut dalam satu bahasa, cinta.

Setahun, dua tahun, tiga kemudian kita tak bertatap muka, aku letih menempa diri untuk belajar melupakan rasa.

Ketika suatu hari debar itu tak terasa lagi. Kau akan sadar bahwa aku tak lagi membenci, namun berhenti mencintai.

 

Batam City Square, June 2017

 

Perjumpaan

Setiap detak waktu adalah temanku, setiap butir debu menjadi penghias kulitku. Di sini setelah sepoi angin pagi kemudian berganti dengan terik matahari kau pun belum juga memperlihatkan diri.

Aku tak gelisah. Hanya sedikit ragu dengan gerak-gerik pelayan kedai kopi yang terus memerhatikan diriku. Sepertinya mereka mulai tak sabar menanti aku mengakhiri kunjunganku di sini. Padahal sudah 2 cangkir coklat panas dan 1 cangkir kopi yang kupesan. Ya sih aku tak memesan camilan apapun toh kupikir aku sedang tak ingin makan. Bagaimana aku bisa makan sementara getaran sayap kupu-kupu di perutku tak pernah henti setiap kali mengingatmu.

Apa yang membuat perjumpaan kita begitu sulit terlaksana?

Entah waktumu, waktuku atau masing-masing dari orang-orang di sekeliling kita? Kemarin kau pun berusaha menungguku di menara prima berharap aku memang memenuhi jadwal pertemuan degan beberapa klien di sana dan kau bisa mencuri waktu sebentar dari jam makan siangmu untukku. lalu aku sampai tak sesuai jadwal dan kita berselisih jalan. dan lagi kita pun harus kembali bersabar menanti waktu bertemu.

Hari ini, aku menunggumu. Ada sedikit perasaan ingin menyerah, namun kerinduan bertemu senyummu lebih dominan. Apalagi jika mengingat kedua lenganmu yang akan begitu erat memelukku. Sesuatu yang hangat berderap di dadaku.

Aku tak berusaha bertanya kau akan tiba jam berapa. Kita selalu saling percaya bahwa waktu akan mempertemukan kita demikian juga saat ini.

Orang-orang mulai berdatangan, sepertinya hari menjelang petang. Kau belum muncul juga. Apa yang menahan langkahmu di sana?

Aku menyusun kata-kata sebelum menyentuh tombol “send” di gadgetku saat sepasang sepatu berhenti dekat sekali pada jarak pandangku.

Saat mendongakkan kepala, aku menemukan wajahmu di sana. Dengan sepasang mata yang salah tingkah kau tersenyum. Degupan jantungku entah berada di kecepatan berapa, jemarimu menyentuh pipiku.

“Maaf sayang, menungguku begitu lama.”

Tirai-tirai gelap itu membuka, aku melihat cahaya berpendaran di sekitar kita.

Untuk Sebuah Alasan Kita Dipertemukan

Entah itu persahabatan atau cinta yang datang belakangan.

Jam-jam mencatat begitu banyak pertemuan yang kita ciptakan. Pandang matamu tak pernah bertemu tatapku. Mula-mulanya. Aku mencari-cari pada setiap denting tawa yang kita bagi.

Dan suatu hari ketika tatap itu jatuh menyentuh, aku mengumpulkan binar-binarnya pada sebuah lengkung rasa yang meraksasa.

pada sebuah rasa yang sama-sama kita eja.

Cinta.

"berjumpa" sketch by tonosaur

“berjumpa” sketch by tonosaur

 

 

 

 

aku ingin kau selalu ingat diriku

Pot-pot bunga berisi kaktus berbentuk daun kecil-kecil tebal dan batangan berduri

Selasaran depan teras rumah kita yang lama dengan kembang siti maryam yang setiap sore harus kusirami

Tumpukan buku di lemari kaca yang kau siapkan untuk kami baca sesuai selera

“Jangan berantakan”, begitu selalu kau ingatkan.

“Caramu berjalan menunjukkan siapa dirimu”, katamu suatu hari ketika aku menyeret langkah malas-malas di ruang televisi

Bohlam di tengah-tengah lelangit kamarku Mengumbar cahaya berwarna putih susu terang
Wajahmu penuh senyum berpendar di segala penjuru
Di hatiku
Di pelupuk mataku

Ayah, ibu
Ingatkan aku untuk selalu mengingatmu
Mengirimimu lembar-lembar rindu dalam doa khusyukku
Sebab tak ada cinta
semaharasa cintamu

 

puisi ini akan hadir sebagai salah satu puisi dalam buku gerhana coklat yang akan cetak dalam waktu dekat. nantikan kehadirannya ^^

cover buku gerhana coklat