Pada Butiran Bintang

kita memacu kedua tungkai kaki cepat sekali. melewati angin yang menerpakan serpihan air dari langit. jalanan aspal abu-abu menggelap dan basah. ketukan irama sepatu melaju bersama hujan yang menderu.

“ayo cepat sedikit, sayang”, pintamu menggenggam tanganku.

aku tak sempat menjawab. tubuhku terbang mengiringi langkah kakimu. jari-jemari kita basah diterpa percikan hujan. nafasku tersengal sebentar-sebentar. kau menoleh dengan kernyitan di keningmu. lalu memberiku seulas senyum menguatkan.

kau tak berhenti berlari. aku pun menyertai. angin semakin dingin menyusup di balik kemeja putihku yang tipis.

“sedikit lagi,” katamu menyemangati.

genggamanmu erat di jemariku.

kita menghentikan langkah pada butiran pasir. lalu menengadah menatap langit berwarna abu-abu keperakan yang bertabur bintang.

“terima kasih untuk semua keindahan ini.”

kita saling menolehkan kepala, tersenyum dalam dekap penuh cinta.

dua sisi bintang

buku ini adalah hadiah ulang tahun ku yang ke tigapuluh tiga dari adikku idana, sebenarnya sudah begitu lama terdampar di meja kerjaku sejak dikirimkan dari pulau dewata. namun kesibukan suasana baru pekerjaan dan pernakpernik kepindahanku menyebab segala aktifitas membaca jadi begitu sulit dicari waktunya.

lama ia kubiarkan bertumpuk dengan beberapa buku hadiah lainnya termasuk gerhana kembar dari pakdhe gantheng dan blings of my life nya lala yang sampai hari ini belum kubuka.

sejak melahap lembar pertama sekitar pukul dua siang hari kamis itu aku seperti tenggelam, meloncat dari aliran huruf demi huruf yang memaku mataku.

kemuning yang senang dipanggil kuning itu tak hanya sekuning matahari, cerah, ia juga penuh cinta, sampai pada suatu hari bertemu bintang yang meluluhlantakkan seluruh persendian cintanya.
kuning belajar bahwa mencintai dengan tulus apapun itu jenis kelaminnya tak pernah mengharap pamrih. mencintai adalah mencintai. dan bila mencintai maka kau akan bahagia dengan kebahagiaan orang yang kau cintai.

aku mampu menghabiskan seluruh katakata dalam buku itu pada pukul tujuh tiga puluh.
the fastest time to finish a book.
karena mba dian purnomo sang penulis, tak membuatku bosan membacanya. ia begitu lantang menyuarakan keindahan cinta lewat katakatanya. pemilihan lagulagu sebagai themes dari judul ke judul juga terasa pas dan sangat kusukai.

i already lost you when i first knew you
you were part of someone else
and for me you will never be true
it is my fault to let this feeling grow
cause learn to love you is just kill myself slow

bagi yang pengen baca juga
ayo pesan ke julie harganya cuma IDR 40,000 saja 😀
UUJ (ujungujungnya jualaaaaan) 😉

Kutukan Imperius

Posted in Tak Berkategori with tags basiliks, bintang, coklat, horcrux, kutukan imperius, patronus, pelangi on 12 January 2009 by julie

aku terkena kutukan imperius. meskipun tak seperti kutukan yang sebenarnya, aku bahkan memaafkan kutukan ini dan sangat menikmatinya.
laki-laki itu terus mengontrol pikiranku. mengajakku menata bintang-bintang di cakrawala, menebarkan warna Pelangi lalu menghirup tetesan embun dini hari sekali.
setiap mantra yang terlahir dari bibirnya adalah lumeran coklat manis yang ingin selalu kulahap penuh-penuh dengan bibirku.
ia terus menggodaku dengan alunan suaranya yang seperti oase menyejukkan, meski tanpa tatapan.
ia memulai pagiku dengan senyuman, ia menciutkanku dalam genggaman rindu, menenggelamkanku begitu saja tergulung ombak peluh,dan limbung seketika setelah membakarku dalam kehangatan Patronusnya.
ia lelaki yang selalu membuatku membara. menggetarkan.
seperti Horcrux yang tertusuk Basiliks, jiwaku hanya buraian tanpamu.