Padahal tantangan dari Ina partnerinvain cuma nanya siapa guru yang paling diingat dan nasehat apa yang nampol di kepala?
Tapi beneran kok ibuku adalah guru yang paling kuingat. Guru dalam arti sebenarnya karena beliau mengajar di sekolah sebagai pendidik, dan juga guru dalam kehidupanku makanya beliau pantas menyandang status the best itu buatku. Sebab banyak hal yang sudah aku ambil dari ibu.
Saat melahirkan aku, usia ibuku 36 tahun. Jadi usia kami berbeda 36 tahun makanya aku bisa 1 shio dengan ibuku. Shio ular dengan elemen api (karena pengulangan shio terjadi setiap 12 tahun sekali). Ibuku menjadi anak bungsu dari 6 bersaudara setelah adik laki-lakinya yang kembar keduanya meninggal. Entah kenapa dibandingkan ketiga saudara kandungnya yang lain ibuku ini berbeda penampilan fisiknya. Ramping. Kalau melihat foto-foto ibuku jaman dulu, rasanya gayaku sekarang belum ada apa-apanya. Ibuku itu jaman dulu bajunya dress pendek warna pink gitu plus wedges yang tumitnya entah berapa senti. Belum lagi kacamata hitam. Pokoknya macam mau pergi kemana gitu lihatnya.
Tapi saat mengajar di sekolah beliau akan menjelma menjadi ibu guru yang anggun. Roknya panjang mengembang, dengan blus yang jatuh di badan. Setelah mengorek keterangan dari ayahku kenapa beliau dulu menikahi ibuku, ternyata jawabannya adalah karena ibuku sangat menarik dan ramping juga aktif (gak bisa diem gitu banyak kegiatannya) sehingga ayahku kagum dengan ibuku.
Ibu meski berpenampilan sangat feminin, tapi orangnya sangat tegas. Di rumah kami semua lebih takut kalau dimarahi ibu daripada ayahku. Beliau selalu disiplin dalam hal pendidikan formil dan kawan-kawan. Selalu melakukan cek untuk setiap pencapaian pendidikan yang kami raih. Ibu dikenal sebagai guru yang galak di sekolah tempat beliau mengajar dan memang aku sendiri mengalami.
Jadi ceritanya ibuku ini adalah guru wali kelas 5 (SD). Nah otomatis ketika aku naik kelas 5, gurunya ibuku donk ya. Karena beliau guru bahasa Indonesia otomatis aku disuruh belajar dulu di rumah sebelum beliau memberikan materi. Ini pengalaman aku ketika jadi muridnya, hari pertama ngajar. Ibuku itu senang bertanya ke muridnya. Dan kita harus aktif di kelas. Nah, pas banget ibuku nanya gini, “Siapa yang tau apa yang dimaksud dengan kalimat?”. Aku kan memang dari rumah udah harus tau pelajaran, maka aku angkat tangan trus jawab “Kalimat adalah susunan dari beberapa kata yang mengandung arti.” Trus ibuku bilang, “Benar.” Eh dia nanya lagi, “Juli, apa yang dimaksud dengan kalimat aktif?” Trus aku kayanya jawabannya nggak lengkap gitu deh. Lupa. Eh beliau bilang gini, “Makanya kalau di rumah jangan main aja, belajar lagi ya,” sambil menatapku galak gitu. Ampuuun deh.
Begitu pulang dari sekolah maka sikap galaknya hilang dan aku akan merengek-rengek lagi sama beliau. Jadi karena takut diomelin di kelas aku langsung minta ibuku untuk pindah ke kelas 6. Gak ngerti juga kenapa bisa, akhirnya ibuku jadi wali kelas 6 dan guruku yang menggantikan adalah ibu Zahriah. Herannya ketika aku naik kelas 6, ibuku balik lagi deh ke kelas 5. Hahahhahhaa. Semua bisa diatur kan, Jul?
Meski punya 7 orang anak dan bekerja jadi pengajar di sekolah dasar dari pagi sampai jam 1 siang, bukan berarti ibuku langsung seharian di rumah pada sisa waktunya. Jangan ditanya deh kegiatan beliau. Kalau dulu, aku ini semacam asisten pribadinya. Yang nulisin buku satuan pengajaran itu aku (berdasarkan hasil orek-orekan beliau dan penjelasannya), yang masukin nilai ke daftar nilai juga aku, trus ngisi nilai ke buku rapor juga aku. Malah ketika aku mulai duduk di SMP boleh ngasi sumbangan soal ulangan untuk murid-muridnya. Nah, jadwal kegiatan ibuku juga aku yang hapal. Misalnya hari Senin pengajian dengan ibu-ibu di lingkungan 7 (rumah kami), Selasa ikut arisan PKK, Rabu kosong, Kamis pengajian dengan ibu-ibu di lingkungan mesjid jami’, Jum’at kosong. Sabtu pasti deh beliau ada aja kegiatannya. Kadang-kadang arisan keluarga, kadang juga ada ngisi pelatihan pramuka atau apa gitu (jaman dulu ga paham). Aku sering jemput ibuku pulang dari pengajian-pengajian itu kalo lagi iseng padahal sebenarnya beliau bisa pulang sendiri tapi ga tau kenapa aku suka aja jemput ibuku.
Ketika beliau pensiun dari jabatannya yang terakhir sebagai kepsek, ternyata memang dasar orangnya nggak bisa diem, ibuku mendirikan PAUD (pendidikan anak usia dini) di kantor kelurahan tempat tinggal kami. Yang buat aku terharu adalah saat ibuku meninggal. Meski dikenal sebagai guru yang tegas dan galak, ibuku ini lembut hatinya sering merasa iba kepada beberapa tetangga yang kurang mampu. Jadi pada hari beliau meninggal sampai seminggu itu rumah kami penuh dengan orang-orang yang turut kehilangan. Sampe keluar-keluar ke jalanan deh yang ikut mendoakan ibuku. ALhamdulillah ternyata banyak yang sayang ya sama ibu :).
Kalau dibilang orang tua itu lebih tau mana yang benar mungkin kadang ada benarnya juga. Karena mereka lebih punya pengalaman ya? Ibu biasanya tau laki-laki mana yang baik dan tepat buat aku. Kenapa aku bisa bilang itu sekarang? Karena terbukti cowo-cowo yang dulu sering ke rumah, mana yang ibuku ga suka ketauan sekarang gak bagus nasibnya dan yang mana yang ibuku suka sekarang jadi orang-orang sukses. Ibuku bisa tau cuma dari sikap tubuh mereka aja. Ajaib ya?
Nasehat apa ya yang paling nampol di kepalaku dari ibu?
“Perempuan itu harus punya karakter. Meskipun tubuh kita lemah, jangan pernah tunjukkan kepada orang lain. Ilmu pengetahuan adalah kekuatan. Pelajari dan kuasai, lalu jadilah orang yang baik.”
Mungkin ini karena dari kecil aku selalu sakit-sakitan ya. Trus aku memang sering berprestasi selama sekolah dulu terutama SD dan SMP, kalo SMA sih ya masih masuk-masuk 10 besarlah. Tapi ibuku memang sering membanggakan aku karena aku jarang belajar, aktif di organisasi dan punya banyak teman. Suatu hari saat terakhir kami bertemu waktu itu ibu mengantarku ke airport untuk kembali ke jakarta, ibu berpesan: “Jangan pernah berhenti bekerja, karena selain kamu memang punya kemampuan, kamu juga akan menjadi sandaran hidup enrico satu-satunya.” Ya terus terang pada saat itu memang aku tengah ada masalah dengan suami tapi gak pernah mendoakan supaya berakhir. Ternyata ibuku memang benar.
Makasih ya Bu sudah melahirkan aku, membesarkan aku dan mencintaiku. Semoga ibu selalu bahagia di sana bersama ayah. Dan semoga aku juga tak pernah lupa mengirimkan doa untuk kalian berdua.