Entah sudah berapa lembar puisi yang kutulis untukmu. Sobekan kertas, beberapa liter tinta bolpoin terbuang pada curahan hati dan isi kepala kepadamu.
Mula-mula degup jantung begitu keras menatap dua mata bercahaya yang menanti penuh harap, bahkan notifikasi apapun yang masuk di telepon selular menjadi sumber debar halus yang mengguncang hariku.
Belum lagi sentuhan ujung-ujung jemarimu di kulitku. Tak butuh banyak kata rindu, semua larut dalam satu bahasa, cinta.
Setahun, dua tahun, tiga kemudian kita tak bertatap muka, aku letih menempa diri untuk belajar melupakan rasa.
Ketika suatu hari debar itu tak terasa lagi. Kau akan sadar bahwa aku tak lagi membenci, namun berhenti mencintai.
Batam City Square, June 2017
Kunjungan lagi seteah lama hibernasi 🙂