[Book Review]: Sleeping Murder


Book review

Started on: April 30, 2012

Finished on: May 1, 2012

Judul buku: Sleeping Murder (Pembunuhan Terpendam)

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 318 halaman

Tahun terbit: cetakan ketujuh, April 2012

Harga: Rp. 46.000

“Tutuplah mukanya, aku tak tahan melihatnya mati muda”


Gwenda Reed dan suaminya Giles adalah pasangan muda yang baru menikah. Karena pekerjaannya yang mengharuskan ia harus sering bepergian maka Giles tak dapat menemani Gwenda mencari rumah untuk tempat tinggal mereka. Gwenda memutuskan untuk mencari rumah sendiri di Inggris sambil menanti suaminya itu kembali dalam waktu 6 bulan.

Ketika ia berjalan-jalan dengan mobil sewaan di daerah Dillmouth, sebuah villa dengan gaya arsitektur Victoria telah menggetarkan hatinya. Di depan rumah itu terdapat sebuah papan dengan tulisan DIJUAL. Entah mengapa saat ia melihat villa itu, ia merasakan bahwa rumah itu adalah rumahnya dan ia yakin sekali bahwa rumah itu adalah rumah yang diidamkannya. Dalam waktu singkat setelah melihat-lihat kondisi rumah dan menghubungi agennya, akhirnya rumah itu menjadi milik Gwenda. Ia pun mengabari Giles tentang hal itu.

Rumah itu bernama Hillside, ia mengisinya dengan perabotan rumah tangga dari peninggalan bibi Giles dan sebagian perabotan lainnya ia beli untuk melengkapi dekorasi rumah. Gwenda memanggil tukang untuk memperbaiki beberapa bagian dari rumah itu yang dirasanya perlu. Di rumahnya ia mempekerjakan Mrs Cocker sebagai juru masak dan Foster sebagai tukang kebun.

Selama menunggu pendekoran rumah, Gwenda memilih sebuah kamar untuk ditempatinya. Kamar itu letaknya di pojok. Dindingnya membentuk setengah lingkaran dan jendelanya melengkung. Ia merasa betah berada di kamar itu meski dekorasi kamar itu seperti sebuah kamar untuk anak-anak.

Suatu hari saat berada di kamar itu, Gwenda merasa bahwa perjalanan dari kamarnya menuju ruang makan terlalu jauh dan mengharuskan ia memutar terlebih dahulu padahal ia merasa di dinding dekat jendela harusnya ada pintu yang menghubungkan kamarnya ke ruang makan. Dengan pertimbangan itu, ia meminta tukang yang bekerja agar membuatkan pintu di dekat jendela untuk mempersingkat waktunya menuju ruang makan. Namun alangkah kagetnya Gwenda saat tukang memberitahukannya bahwa sebenarnya dahulu memang ada pintu di sana dan seseorang telah menutupnya. Gwenda merasa takjub sebab ia memang merasa bahwa selama ini di sana memang ada pintu.

Keanehannya terulang kembali saat ia membayangkan di kamarnya terdapat pelapis dinding dengan motif tangkai-tangkai bunga mawar kecil yang diselingi dengan tangkai-tangkai bunga gandum. Dan ia menemukan kertas dinding dengan motif itu persis seperti bayangannya saat lemari di kamarnya dibongkar paksa. Gwenda tak hanya kaget menemukan kenyataan itu namun ia juga sekaligus takut. Ia berpikir apakah ia memiliki kemampuan melihat ke belakang atau memang ada sesuatu di rumah ini.

Pada suatu ketika, Gwenda mengunjungi sepupu Giles yang tinggal di Chelsea Raymond West dan istrinya Joan. Mereka mengajak Gwenda menonton sebuah pertunjukan teater terkenal di Whitmore Theatre. Pertunjukan berlangsung baik dan Gwenda menyukai ceritanya namun pada bagian akhir cerita tiba-tiba terasa mencekam dan suara aktor yang mengatakan “Tutuplah mukanya, aku tak tahan melihatnya mati muda..” telah membuat Gwenda menjerit ketakutan, meloncat dari kursinya dan berlari keluar dari gedung pertunjukan. Ia segera kembali ke rumah Raymond dengan taksi dan disambut oleh bibinya, Miss Marple.

Saat ia berangsur tenang, Miss Marple menanyakan sebab ia begitu ketakutan dengan pertunjukan teater tersebut khususnya pada kalimat itu. Gwenda mengatakan bahwa ketika ia mendengar kalimat itu rasanya ia seperti kembali berada di atas tangga rumah dan melihat ke bawah, ke ruang tamu melalui jeruji tangga. Di lantai tampak seorang perempuan berambut keemasan yang mati dicekik. Dan pada saat itu ada seorang laki-laki yang mengucapkan kalimat yang sama. Tangannya berwarna abu-abu seperti tangan monyet. Dan ia tau bahwa yang mati itu adalah Helen namun ia tak tau siapakah Helen itu?

Karena kejadian itu akhirnya Gwenda menyadari bahwa rumah yang ia beli itu adalah rumah yang pernah ia tinggali saat kecil dulu bersama ayah dan ibu tirinya. Apakah benar memang telah terjadi pembunuhan di rumah itu? Dan siapakah Helen? Dengan bantuan Miss Marple, Gwenda dan Giles akhirnya menemukan kenyataan dari sebuah masa lalu yang buram.

***

Sleeping Murder adalah karya terakhir dari ratu cerita kriminal dunia Agatha Christie. Setelah menyelesaikan karya ini, Agatha meninggal dengan cara yang misterius pula.

Novel ini telah dicetak ulang sebanyak tujuh kali, tak heran sebab Agatha Christie selalu mengungkapkan ceritanya dengan sangat menarik, rapi dan masuk akal. Detektif yang berperan dalam cerita ini adalah Miss Marple yang merupakan seorang perawan tua yang tinggal di sebuah desa kecil di Inggris. Ia digambarkan memiliki kemampuan dalam memahami karakter manusia menyebabkan ia mampu memecahkan banyak misteri  pembunuhan dan ia pun juga dikenal oleh kepolisian.

Agatha Christie telah menulis lebih dari 80 novel misteri dan sandiwara, dan semua tulisannya sangat populer dan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Ia lahir di Inggris pada tahun 1890 dengan nama Agatha Miller. Pernikahan pertamanya dengan  Kolonel Archibald  Christie tidak berlangsung lama, namun ia memiliki seroang putri dari pernikahan itu. Pada perang dunia kedua Agatha Christie bekerja sebagai seorang apoteker yang mempengaruhi banyak karya-karyanya tentang pembunuhan dengan racun.

Pernikahannya yang kedua dengan seorang arkeolog, Sir Max Mallowan juga memberinya banyak inspirasi terhadap karya-karyanya yang lain.  Karya-karyanya tak hanya populer sebagai bahan bacaan namun juga telah banyak difilmkan. Agatha Christie meninggal pada tahun 1976.

Saya merupakan salah seorang penggemar novel misteri beliau bahkan sejak kelas 3 SMP telah mengoleksi novel Agatha terjemahan bahasa Indonesia. Terjemahannya pun memiliki bahasa yang baik dan mudah dipahami. Novel cetakan ketujuh ini sangat menarik dibandingkan dengan cetakan sebelum-sebelumnya. Demikian pula beberapa judul lainnya yang dicetak ulang terlihat lagi beredar di toko buku Gramedia, saya berharap semua judulnya akan dicetak ulang dengan model cover yang ini :D.

Pada semua orang yang saya perkenalkan novel Agatha Christie untuk dibaca, saya selalu mengatakan bahwa Sekali kita membaca satu judul novel Agatha Christie, maka kita pasti ingin membaca judul lainnya, dan itu memang terbukti :).

menulis dan membaca

sewaktu masih kecil dulu, pernahkah terlintas dalam pikiran kita bahwa menulis itu akan menjadi kegiatan paling sering kita lakukan.

menulis yang aku maksudkan di sini bukan hanya dengan pensil atau bolpoin di atas kertas dan buku, tetapi juga termasuk mengetik dengan mesin tik jadul ketak ketok, ngetik di keyboard, dan pula mengetik di hape.

seringnya menulis akan menyeret kepada satu kegiatan lainnya yaitu membaca. tak mungkin rasanya menulis tanpa membaca. karena apa yang biasanya kita tulis akan kita baca kembali mungkin sebagai koreksi bila menulis sesuatu yang formil, bahkan menulis kata-kata mesra pada kekasihpun terkadang butuh beberapa koreksi biar lebih pas (rayuannya).

sewaktu pertama kali mampu membaca saat itu aku berusia 3 tahun, dengan ibu yang seorang guru bahasa indonesia, bacaan ku adalah buku pelajaran esde dengan tokoh utama Budi. masih ingat beberapa wacana yang ada di buku tersebut misalnya kisah budi yang baru beli buku.

“Hari ini aku gembira

karena aku memiliki sebuah buku baru

namanya Sinar Pagi

gambarnya bagus-bagus”

Pada jamanku kecil dulu di keluarga kami tak ada satu anakpun yang melewatkan masa kecilnya belajar di bangku Taman Kanak-kanak, maka ketika aku berusia 5 tahun seperti kakak-kakakku yang lain aku pun masuk SD. Buku pelajaran yang bisa kubaca semakin beragam tak hanya buku pelajaran membaca itu, namun juga buku matematika, agama, IPS, PMP, IPA dan olahraga.

Ketika usiaku bertambah, aku merasa semua bacaan-bacaan itu kurang banyak, maka aku mulai membaca koran pada usia 8 tahun. Di rumah ayahku berlangganan harian waspada dan kompas. setiap siang pulang sekolah aku tak pernah absen membaca keduanya.

Ayahku berinisiatif membelikan majalah bobo (yang sampai hari ini masih kubaca) dan donal bebek. seri ilmu pengetahuan alam life, seri penemuan, dongeng hc andersen, bahkan buku agama milik ayahku pun kubaca semua (yang masih ingat judulnya PRAMUKA DI PADANG MASYHAR).

mulai membongkari lemari buku abangku, aku menemukan sebuah novel berjudul pembunuhan di orient express. aku membacanya dan seketika itu juga aku menyukai ceritanya. ketika memasuki bangku smp kelas 1 aku memulai cerita pendek pertamaku (judulnya rumah kardus) dan mengirimkannya ke harian waspada dengan nama abangku (karena belum punya ktp). senangnya pertama mendapat honor sebesar rp. 15,000 untuk anak smp jaman tahun 1988 itu udah puas jajan :D.

karena kecintaanku pada cerita serial detektif, aku mulai mengoleksi buku-buku seperti lima sekawan, trio detektif, pasukan mau tahu dan agatha christie.tetapi masih dalam jumlah kecil karena masih sekolah jadi uang jajannya ngepas 😀

di bangku sma, komik jepang mulai memasuki bacaan di toko buku dan aku pun menyukainya, serial cantik pendek (pengarang favoritku hiromi mashiba), serial misteri yang terkenal adalah chie watari, topeng kaca, sailor moon, popcorn, dunia mimpi.

sejak menjadi mahasiswa, selain kuliah aku pun bekerja, menjadi pelatih tari, asisten di apotek dan praktek dokter, asisten dosen, apapun yang membuat aku selalu bergerak. uang hasil aku bekerja hampir seluruhnya aku habiskan untuk buku (dan makan :D) juga beasiswa dari perusahaan tempat ayahku bekerja. koleksi novel detektifku yang aku fokuskan dan beberapa komik jepang. aku pun tak pernah berhenti menulis, namun lebih menyenangi puisi.

sesuatu yang dimulai dari kecil biasanya akan berlanjut hingga dewasa, kesukaanku pada bacaan dan tulisan tak pernah hilang. bahkan ketika tidur pun kita bisa menghasilkan sebuah tulisan sesudahnya.

tapi terus terang saja dari dulu aku tak pernah bertahan lama saat membaca buku pelajaran (kecuali matematika) atau buku bernada motivasi yang membosankan. 😀

apa bacaan favoritmu? dulu dan kini?

detective wannabe

meski harus beberapa kali bolak balik ke beberapa dokter dengan beberapa keluhan (gak termasuk dokter budi lho, bundooo ;D) aku selalu menyempatkan diri untuk menghabiskan ulang huruf-huruf dari koleksi agatha christieku yang lama.

dua hari yang lalu sehabis beberapa kali vomite yang agak hebat, aku dengan iseng menghitung dan mendata ulang koleksi agathaku, dan ternyata ada beberapa judul yang tak ada dari 76 judul, ada 19 yang tak ada, dan aku masih ingat semuanya.

setelah memaksa kakakku yang sejak aku pindah ke medan merangkap menjadi kakak, tukang masak makananku, bagian keuangan dan bagian nerima rengekan adiknya, untuk mencari judul2 itu di tokobuku dengan awalan huruf G yang gede, katanya judul judul yang aku tak punya lagi itu tak ada. lalu aku segera mengadu pada si mbah gug. novel2 bekas yang ada pun ternyata judulnya aku punya semua.
ada juga beberapa yang ternyata sudah hampir dua tahun yang lalu updatenya.

apa sebaiknya aku kirim email ke G itu supaya mereka terbitkan lagi?

kalo ada yang punya koleksi agatha christie yang lama dan udah bosen dengan judul yang belon aku punya itu bolehlah kubeli 😀

foto ini dipersembahkan untuk yang sedang merindukanku 😛
*disempetin sebelum pergi ke dokter

*fotonya didelete karena ada yang marah ;P

rumah

rumah tak harus tempat kita lahir dan besar di sana
rumah itu ada di hati meski kita berada di manapun

setelah beberapa jenak aku memutuskan untuk berumah di blog keduaku ini karena di rumah pertamaku ada sedikit ketidaknyamanan yang tak dapat diungkap dengan kata-kata.

belum bisa posting seperti yang diusulin adekku tentang kegiatanku sejak kembali ke kota kelahiranku, karena kesibukan masak,ngejar2 rico, mbaca koleksi lama agatha christie dan komik jepangku, belajar bahasa perancis, bikin proposal ke kakak-kakakku untuk kuliah S2 farmakologi dan jualan :D.

baru segitu yang sempat dibaca sejak tgl 19 des 2009