Pacaran itu Seperti Apa

Habis jalan-jalan blogwalking ke blognya Ajo Ramli (garammanis.com) dan langsung tertarik dengan sebuah postingan berjudul Membongkar Rahasia Pacaran dan Menelanjangi Kedok Ta’aruf.

Sesungguhnya di dalam ajaran Islam pacaran itu memang tidak ada. Tetapi kita kembali ke definisi dari pacaran. Kalau di postingannya Ajo Ramli itu definisi pacaran adalah hubungan yang berdasarkan cinta kasih. Sebenarnya bentuk hubungan berdasarkan cinta kasih itu banyak tetapi yang dimaksud di sini tentu adalah hubungan lawan jenis.

Dari jaman dahulu kala pacaran dan ta’aruf itu sudah ada. Saya sangat setuju dengan ini. Ta’aruf biasanya dilakukan dengan persetujuan dan campur tangan orang tua. Misalnya mereka ingin menjalin dan menjaga tali silaturahim antara dua keluarga maka anak-anaknya disarankan untuk menikah tanpa melalui proses pacaran. Jadi kenalan, langsung tentuin tanggal nikah dan jadi suami dan istri.

Sementara itu di sisi lain pacaran menimbulkan banyak persepsi negatif. Jangankan jaman sekarang yang katanya semakin berani berekspresi, jaman dahulu kala saja pun banyak mereka yang berpacaran sampai kebablasan hamil di luar nikah. Anak-anak sekolah yang terbuai dengan suasana asmaranya itu tak mampu mengendalikan hawa nafsu kenikmatan berinteraksi dengan pasangannya sehingga terjadi hal seperti itu.

Tapi apakah semua orang memaknai bentuk hubungan pacaran seperti itu? Tidak selalu. Ada juga mereka yang berpacaran memang untuk saling mengenal. Sebatas pergi berdua, belajar bersama, saling mengenal pribadi masing-masing, lingkungannya, keluarganya, bahkan sampai tingkat ekonomi dan pergaulannya. Hal ini sangat penting. Kenapa? Seperti salah satu komen di postingan tersebut dari Vicky bahwa pacaran itu penting untuk saling mengenal satu sama lain sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius bernama pernikahan. Benarkah calon suami atau istri kita memang orang yang baik dan layak untuk kita.

Jadi menurutku sih kembali ke diri kita, pacaran mau dibuat positif atau negatif. Kalau pemikiran awal saja kita sudah menganggap bahwa pacaran adalah awal dari sebuah perbuatan zina maka nantinya akan berwujud ke arah sana karena niatnya begitu.

Apapun yang diniatkan dengan baik insya Allah akan berujung baik kok. Jangankan pacaran, sekolah kalau niatnya mau mencontek pas ujian atau ngegelek (make obat) bareng teman juga kan ujung-ujungnya dosa :D.

 

11 thoughts on “Pacaran itu Seperti Apa

  1. Mari kita lupakan sejenak terminologynya … entah itu pacaran atau apapun namanya …

    Menurut saya … yang namanya pengenalan itu sangat penting …
    Untuk mengetahui pemahaman agama … perilaku … sikap … pandangan pribadi … dan sebagainya …

    Memang kita tidak akan mendapatkan pasangan 100% seperti apa yang kita mau … karena kita pun pasti tidak 100% dapat memenuhi apa yang dikriteriakan oleh pasangan kita … namun dengan perkenalan hal ini dapat diketahui dan dimaklumi oleh masing-masing …

    Dan tentu saja … proses perkenalan tersebut harus selalu dalam koridor yang tidak melanggar aturan apapun … aturan hukum … negara … apalagi Agama …

    Sehingga kalau “belum halal” … kemudian menghalalkan segala cara … atas nama cinta atau apalah namanya … menurut saya ya … tetap saja salah …

    Salam saya Jul

  2. Julie …. apa kabar? Pastinya sehat, bahagia, dan sukses senantiasa ya …
    Setuju banget dengan pendapat Om Nh. Nggak papa kebanyakan Om (rasanya lebih tepat ‘terlalu banyak’, kalau ‘kebanyakan’ kan identik dengan ‘pada umumnya’ …. *sok teu* 😀 )

Leave a reply to idana Cancel reply